Jumat, 10 Oktober 2014

Proyek Irigasi Bandjar Tjahjana

VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie) yang terkenal dengan sitem monopoli perdagangannya, jatuh bangkrut pada akhir abad ke-18 dan kemudian dikuasai oleh Inggris Raya di bawah pimpinan Thomas Stamford Raffles namun hanya sebentar, pemerintah Belanda mengambil alih kepemilikan VOC pada tahun 1816. Sebuah pemberontakan Diponegoro pada tahun 1825-1830 telah banyak membuat pemerintah Belanda tidak mempunyai kas sama sekali.
Setelah tahun 1830 sistem tanam paksa yang dikenal sebagai cultuurstelsel mulai diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti teh, kopi, tebu, tembakau, kayu manis dan lainnya.

Menurut Basundoro sistem irigasi mulai diterapkan di Banyumas pada tahun 1884 dimana dibangun saluran irigasi untuk lahan di sebelah selatan Serayu (Banjarnegara sampai Purwaredja-Klampok).

Proyek Bandjar-Tjahjana atau Bandjar-Tjahjana Werken di rancang oleh E.W.H. Clason dan D. Snell. pada tahun 1912-1938 dan menurut Basundoro proyek ini dialiri dengan mengambil air dari bendungan dibawah kampung Legok diatas pertemuan sungai Merawu dan Serayu.Dan kemudian lahan kering seperti Wanadadi, Susukan, Rakit, Bukateja (Tjahjana), Kejobong dan Kemangkon disulap menjadi lahan yang subur dan menghasilkan lebih besar hasil bumi. Proyek besar ini bernama Bandjar Tjahjana yang berarti aliran irigasi dari Bandjar (Banjarnegara) hingga distrik Tjahjana (Bukateja) merupakan proyek irigasi besar dan dengan medan yang sulit.

banjoemas.co.cc

Air untuk mengairi Proyek Irigasi Bandjar Tjahjana diambil dari sungai Serayu yang di bendung di dusun Legok desa Rejasa (Banjarnegara), sebuah desa sebelah utara Banjarnegara. Air sungai Serayu dibendung tepat setelah aliran sungai Serayu membelok jadi volume air besar dan deras. Kemudian air langsung menembus bukit dan dikeluarkan pada dinding bukit dari sisi yang lain, dimana disana juga terdapat sungai Merawu yang mengalir dari pegunungan Dieng. Menurut Basundoro, orang Belanda pada waktu itu telah melakukan penelitian bahwa air dari sungai Merawu tidak cocok untuk tanah pertanian. Sehingga Belanda dengan pekerja paksa pribumi bersusah payah membuat terowongan air dibawah sungai Merawu.

Tidak itu saja, mereka juga membuat selokan hingga kedalaman 3-15 meter dan lebar hingga 10 meter, bahkan di daerah Kemangkon dibangun parit dengan cara membuat gundukan tanah. Sepanjang daerah Jenggawur hingga Rakit yang merupakan daerah perbukitan pun di gali dan di kepras untuk mengalirkan air di atasnya.

Ini adalah proyek luarbiasa besar dimana pekerjanya adalah orang Pribumi dan di kerjakan selama 5 tahun. Panjang proyek ini dari Banjarnegara hingga Bokol kurang lebih adalah 50 Km. Menghabiskan biaya f 1.700.000 dari yang di perkirakan hanya menghabiskan f 1.350.000 dikarenakan medan yang sangat sulit untuk membuat saluran irigasi di lembah (Syphon) dan transportasinya.

Beberapa Cetak Biru Bandjar-Tjahjana Werken

banjoemas.co.cc
Bendungan yang mengalirkan air ke Irigasi Bandjar-Tjahjana

banjoemas.co.cc
Bendungan yang mengalirkan air ke Irigasi Bandjar-Tjahjana

banjoemas.co.cc
Bendungan yang mengalirkan air ke Irigasi Bandjar-Tjahjana

banjoemas.co.cc
Bendungan yang mengalirkan air ke Irigasi Bandjar-Tjahjana


Masa Pembangunan Bandjar-Tjahjana Werken

banjoemas.co.cc
Pembangunan terowongan di bawah sungai Merawu

banjoemas.co.cc
Mengeruk tebing untuk membangun Siphon

banjoemas.co.cc
Membangun jembatan untuk menempatkan Siphon

banjoemas.co.cc
Menggunakan Gantry Crane untuk memasang pipa beton


Masa Operasional Bandjar-Tjahjana Werken

banjoemas.co.cc
Bendungan yang mengalirkan air ke Irigasi Bandjar-Tjahjana

banjoemas.co.cc
Bendungan yang mengalirkan air ke Irigasi Bandjar-Tjahjana

banjoemas.co.cc
Tampak dekat Bendungan yang mengalirkan air ke Irigasi Bandjar-Tjahjana

banjoemas.co.cc
Syphon yang tertanam di bawah sungai Merawu
banjoemas.co.cc
Syphon yang mengarah ke bawah sungai Merawu
banjoemas.co.cc
Aliran Irigasi Bandjar-Tjahjana dibawah buangan dari
Irigasi di daerah Gumingsir
banjoemas.co.cc
Saluran air Irigasi Bandjar-Tjahjana yang menembus gunung, disana terpampang tahun 1914
banjoemas.co.cc
Saluran air Irigasi Bandjar-Tjahjana yang menembus gunung, disana terpampang tahun 1914
banjoemas.co.cc
Saluran air Irigasi Bandjar-Tjahjana yang menembus gunung.
banjoemas.co.cc
Pintu air Irigasi Bandjar-Tjahjana


29 Mei 2011


Tulisan pertama di publikasikan pada 30 Oktober 2010
Tulisan di sempurnakan pada 14 Oktober 2014
Tulisan di koreksi pada 25 Mei 2019
 Sumber :
- http://basundoro.blog.unair.ac.id/2009/01/31/sisi-terang-kolonialisme-belanda-di-banyumas
- Hegiooting van Xederlundsch-ludiƫ voor het dieustjuur 1915
WEEKBLAD VOOR INDIƋ Dertiende jaargang No. 23. Soerabaja, 17 September, 1916. Uitgeefster N. V.  
Foto Dokumentasi diambil dari :
dokumentasi rumah arsip BHHC

30 komentar:

Rizky mengatakan...

saya belum paham, kok yang dibuat gorong2 air sungai merawu?

Jatmiko W mengatakan...

emm ... segera saya apdet postingan ini, buat melengkapi cerita tentang sungai Merawu, terimakasih untuk pertanyaan dan kunjungannya

Willy Artho mengatakan...

hebat! urusan irigasi/manajemen air/manajemen banjir memang Kumpeni jagonya.....kalo yang tinggal ngalirin air dari atas ke bawah menurut mereka itu mah urusan mudah....negeri mereka yang di bawah laut aja bisa direkayasa, sama halnya dengan Jakarta (Batavia). Cuma bangsa kita sepertinya gagal mewarisi hal positif dari Belanda....

Jatmiko W mengatakan...

Wetul ... mas Willy, kalo menurutku; Indonesiƫ is nu het juiste moment tegenslag (indonesia yang mengalami kemunduran).

Dekat-dekat ini saya akan banyak konsen ke kota Banyumas, disana sedang ada banyak sulap rumah kuno menjadi ruko kecil2.

ada yang mau berpartisipasi?

M. Zacky mengatakan...

Sip lah, seperti biasa mas Miko atur saja jadwalnya kita ikutan aja, mas jangan lupa peta Banyumas kunonya ...

Jatmiko W mengatakan...

M Zacky, ditunggu mampir ke G.14nya ...

Rizky mengatakan...

weh mas, apa iya itu banyak sulap rumah? wah, saya tinggal di banyumas, ayo, siap bikin gerakan nyata mensetop sulap itu.

gimana2...... ayo..

Jatmiko W mengatakan...

Wah susah itu mas, secara mereka yang punya hak guna bangunan, paling banter ya lewat media kayak gini, pameran, seminar, pendekatan per person ... gerakan sadar heritage.

Anonim mengatakan...

great info.. pak miko, bagaimana kondisi setelah dibuat dam di sungai serayu?

Jatmiko W mengatakan...

Posisi aliran Irigasi Bandjar Tjahjana tepat pada Tepi sisi utara hulu (Sungai Serayu) DAM Jendral Soedirman (Mrica), sebagian besar terendam dan beberapa masih terlihat fisiknya, namun selepas DAM masih utuh dan terpakai sampai sekarang. Kalau dahulu air di ambil dari (Singamerta) dan sekarang diambil dari DAM.
Semoga membantu.

nylekamin mengatakan...

Mas kayanya yang sekarang irigasi banjarcahyana ngambilnya tetep dari sungai serayu tapi lokasinya kalo ngga salah seberang kebun binatang selomanik ( seruling mas ) kalou yang dari Singomerto buat irigasi saluran induk blimbing buat pengairan selatan sungai serayu.
terima kasih

Jatmiko W mengatakan...

Nylekamin, kalo ngambilnya di daerah sana masih harus lewat lokasi waduk mas, dimana saluran tersebut ada yang tenggelam, setauku air memang tetap dari sungai Serayu (bendaungan Mrica) sebelah utara ada pintu air yang mengalirkan ke irigasi Bandjartjahjana.

Jatmiko W mengatakan...

All, atas dasar komentar Nylekamin saya jadi nggak bisa tidur hehehehe ... selama ini saya kurang jeli dalam membaca dan translate bahasa Belanda ke bahasa Indoesia. Ternyata air salura Irigasi Bandjar-Tjahjana memang di ambil dari sungai dibawah Selamanik, Saya tidak bisa membuktikan bahwa bendungan di Selomerto adalah hulu dari saluran Irigasi ini. Terimakasih semua yang sudah mengirimkan saran dan kritik pada tulisan ini dan juga Nylekamin tentunya. terimakasih Salam...

Unknown mengatakan...

Mohon izin share....

Jatmiko W mengatakan...

Silahkan mas Isnanto, untuk repost silahkan hubungi admin jatmikow@banjoemas.com

puguh mengatakan...

mohon ijin share

MIM PANGEMPON mengatakan...

bandjar (banjarnegara)-Tjhjana (Bukateja,Purbalingga)...orang Belanda membangun saluran irigasi pada saat itu tidak ada ego wilayah administrasi , tidak seperti sekarang yang pembangunannya masing-masing kabupaten.....untung ada proyek jembtan Linggamas sebgai representasi kerjasama 2 kabupaten..hidup PBG dan BMS

Jatmiko W mengatakan...

Mustofa Kamaludin terimakasih kunjungannya, komentarnya juga asik. Dulu bupati hanya pegawai pribumi penghubung antara Belanda dan bumiputra (pribumi) dia juga di gaji oleh pemerintah Hindia Belanda. Yang berperan banyak mengurus kabupaten adalah Asisten Residen yang bekerja mewakili Residen untuk mengatur Bupati dan wilayah kabupaten yang tentu saja harus seorang Belanda dan tugas yang paling penting adalah Residen (seorang Belanda) yang bertugas mengurus wilayah sekarsidenan (beberapa wilayah kabupaten) dan tidak ada seorang Jawapun yang setara dengan kedudukan Residen. Residen mengatur dan memproyeksikan eksploitasi dan harus berhasil.

KIR Jus Online News mengatakan...

Kalau saluran yang hulunya di Singomerto itu saluran Belimbing, kalo yang BTW ya hulunya di Selomanik (Legok Rejasa). Hanya setelah jenggawur salurannya terendam DAM Mrica, dan betul kemudian muncul lagi di utara Tapen, tapi air berasal dari waduk, bukan dari saluran Selomanik-Tapen (karena sudah terrendam)

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Saya tingal di rejasa tepatnya di dusun legok tempat bendung banjar cahyana berdiri , kondisi sekarang bendungan sudah rusak , pintu air sudah engk bisa di buka kembali, dan trowongan di bukit serta trowongan di bawah sungai merawu kini sudah tertutup lumpur , terutama yg di bawah sungai udah tertutup totall, dan pada tahun ini 2016 warga desa sendiri mau mnjadikan bendung banjarcahyana mnjadi destinasi wisata baru, dan sekarang lagi pengerjaan rekontruksi bendungan itu sendiri ..

Jatmiko W mengatakan...

Yanuar Dwi R, saya senang sekali mendengarnya, saya suport untuk kesejarahannya dan siap suport untuk publikasinya, kapan kapan saya mampir kesana. Bolweh tau kontaknya mas Yanuar silahkan dikirimkan ke jatmikow@banjoemas.com

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Wong Ndeso mengatakan...

banjarcahyana adalah situs sejarah yang tidak boleh kita lupakan apalagi kita menafikannya. karena, proses pembangunan yang melibatkan banyak pribumi asli desa dan sekitarnya, yang konon melibatkan banyak korban, kita tidak boleh melupakkan itu. walaupun irigasi banjarcahyana sudah tidak berfungsi seperti semula awal tujuan pembangunan, setidaknya kita merawat sebisa mungkin, sebagai wujud menghormati, menghargai kerja keras pribumi dan walaupun indonesia pernah dijajah oleh belanda pada waktu itu setidaknya kita menghargai karyanya. Maka dari itu saya dan teman-teman akan menjadikkan Banjarcahyana sebagai destinasi wisata di Banjarnegara, sebagai wujud menghargai kerja keras pribumi, POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata) dan mengajak para warga sekitar banjarcahyana untuk merawat banjarcahyana. dan alhamdulillah,setiap hari minggu para warga membersihkan karena kami punya ada agenda rutin. KAMI BANGGA LAHIR DAN HIDUP DI DAERAH BANJARCAHYANA

Pujay mengatakan...

Coba pakai video kondisi sekarang. Pasti lebih bisa dipahami.

putra-purbalingga mengatakan...

Di daerah saya saluran irigasi ini masih berfungsi sebagaimana mestinya,bahkan ada petugas dari desa yang tugasnya mengatur pengairan dari saluran ini. Di daerah rakit malah sudah di manfaatkan untuk pembangkit listrik skala kecil. Dari pemda juga ada anggaran untuk perbaikan, biasanya perbaikan dilakukan di musim kemarau saat saluran irigasi ini sengaja di keringkan beberapa hari

Unknown mengatakan...

Sepertinya tulisan di atas mengacu pada tulisan saya, tapi kok namanya Basunondo. Yang bener Purnawan Basundoro hehe...

Jatmiko W mengatakan...

Pak Purnawan Basundoro, terimakasih sudah meninggalkan komentar, terimakasih untuk koreksinya dan mohon maaf untuk kesalahan penulisannya, tulisan bapak sudah menginspirasi langkah saya di komunitas dan pribadi saya. salam

Anjingkorong mengatakan...

Mas Jatmiko, terimakasih sdh mencatat sejarah bangunan ini. Hanya di ilustrasi pertama tertulis "Bandjar Tjahajana Wreken". Mestinya seperti di Ilustrasi lain tertulis "Bandjar Tjahajana Werken". Terima Kasih.

Anonim mengatakan...

Betul sodaraku,untuk kelanjutan irigasi Banjar cahyana diambil dari Irrigation outlet disebelah timur Balai Desa Tapen. Sebelum masuk saluran Irigasi Banjarcahyana digunakan untuk memutar turbin terlebih dahulu. Yaitu PLTM Tapen yang sampe sekarang masih berfungsi untuk pembangkit listrik.

Posting Komentar

Silahkan isi komentar anda !
Jangan lupa tinggalkan Nama dan alamat emailnya